TUMBUH BERSAMA ALAM: PEMBELAJARAN BERBASIS LINGKUNGAN DENGAN PEMANFAATAN DAUN KELAPA DI SMA NEGERI 10 RAJA AMPAT

TUMBUH BERSAMA ALAM: PEMBELAJARAN BERBASIS LINGKUNGAN DENGAN PEMANFAATAN POHON DAUN KELAPA DI SMA NEGERI 10 RAJA AMPAT Nama Lengkap: Annisa Halimatus Sa'diyah, S.Pd. Sekolah: SMA Negeri 10 Raja Ampat Email: annisasadiyahspd61@guru.sma.belajar.id  


A. PENDAHULUAN
  1. Latar Belakang
SMA Negeri 10 Raja Ampat terletak di Desa Urbinasopen, Distrik Waigeo Timur, Kabupaten Raja Ampat, Propinsi Papua Barat Daya. Berada di pesisir Pulau Waigeo, berjarak sekitar 60 km dari Kota Waisai, ibukota Kabupaten Raja Ampat. Saya mengajar sejak ditempatkan pertama kali, 8 tahun yang lalu, sebagai Guru Garis Depan (GGD) di SMA Negeri 10 Raja Ampat. Sekolah ini juga menjadi salah satu sekolah penempatan guru-guru Sarjana Mengajar di Daerah Terdepan, Terluar, Tertinggal (SM3T) angkatan pertama hingga keenam. Hal ini wajar, mengingat kondisi di desa ini cukup tertinggal. 

SMA Negeri 10 Raja Ampat sejak awal didirikan tahun 2011 hingga saat ini masih sangat kekurangan guru dan fasilitas. Guru-guru mengajar lebih dari satu bidang studi dan harus bisa mengembangkan diri mengajar di luar kompetensi yang dikuasainya. Sebagai contoh, saya dengan latar belakang jurusan Matematika bertugas mengajar pelajaran Matematika, Sejarah Indonesia, dan Sejarah Peminatan. Sekolah harus tetap menjalankan fungsinya di tengah keterbatasan. 

 Sekolah ini berada di pesisir pulau, bagian kanan, kiri, dan belakang desa masih berupa hutan, lalu bagian depan berupa hamparan pasir putih pantai dengan lautan yang indah. Pohon kelapa tersebar merata hampir di setiap sudut desa ini. Desa Urbinasopen terbilang sulit dijangkau. Tidak ada akses transportasi darat dari dan menuju kota. Satu-satunya akses transportasi adalah melalui lautan. Sayangnya, hingga saat ini tidak ada transportasi umum. Biasanya masyarakat yang berkepentingan ke kota akan membawa perahu sendiri (long boat) atau menumpang pada masyarakat lain yang kebetulan punya tujuan yang sama. Kami guru-guru pun juga hanya bisa mencari tumpangan dari dan menuju kota. Biasanya kami ke kota sekitar satu atau dua bulan sekali untuk berbelanja. Maklum, tidak ada pasar di Desa Urbinasopen. Di sini hanya ada satu dua kios kecil dengan barang dagangan yang sangat terbatas. 

Tantangan terbesarnya adalah ketika musim angin, ombak besar, dan hanya perahu satu-satunya alat transportasi yang tersedia. Bisa dikatakan, taruhannya nyawa karena cuaca tidak selalu bersahabat. Kehidupan di Desa Urbinasopen tergolong sulit. Belum ada aliran listrik Perusahaan Listrik Negara (PLN). Sementara ini masyarakat menggunakan bantuan genset per Rukun Tetangga (RT). Namun, jika ada kerusakan genset seperti yang terjadi beberapa bulan yang lalu, masyarakat berusaha masing-masing untuk mencari penerangan. Ada yang menggunakan pelita, genset pribadi, atau panel surya.

 Keberadaan air bersih juga sulit didapatkan. Sumber mata air sangat jauh dari desa. Kebanyakan masyarakat menggunakan air sumur untuk keperluan sehari-hari. Ada beberapa sumur yang kandungan kapurnya rendah yang bisa digunakan untuk keperluan memasak dan konsumsi, ada pula yang kandungan kapurnya sangat pekat. Hal ini membuat sebagian masyarakat memanfaatkan air hujan untuk memasak. Mata pencaharian masyarakat tidak begitu variatif. Mayoritas masyarakat berkebun dan mencari ikan. Terbatasnya akses transportasi dan mahalnya biaya transportasi mandiri membuat beberapa orang membantu membeli ikan dari masyarakat dan menjualnya ke kota. Hasil kebun juga tidak terlalu banyak. Kontur tanah yang berbukit, tanah subur yang jauh dari permukiman membuat kebun-kebun terancam gangguan hewan liar. Biasanya yang sering dijual masyarakat ke kota adalah kelapa muda atau kelapa tua dari kebun masing-masing atau yang lebih besar hasilnya adalah kayu besi yang kini semakin sulit didapatkan. Bertugas di daerah yang sulit membuat guru-guru pendatang dari luar daerah berjuang sendirian. Termasuk saya yang memilih merantau sendiri jauh dari keluarga. Alasannya jelas, kondisi geografis yang sulit dijangkau, pemenuhan kebutuhan hidup yang terbatas, dan fasilitas kesehatan terbatas. Hidup jauh dari keluarga tentu berat. Namun, tanggung jawab tetap harus dilaksanakan. Setidaknya setiap libur semester saya masih bisa pulang memeluk keluarga.
  1. Tantangan
Kondisi sulit di lingkungan ini turut berdampak pada generasi muda di Desa Urbinasopen. Siswa-siswi SMA Negeri 10 Raja Ampat kesulitan belajar di malam hari karena kelelahan. Tenaga mereka banyak terkuras oleh akfivitas fisik harian, dimana banyak yang sepulang sekolah harus pergi ke kebun, mencari ikan, atau membelah kayu bakar untuk sekedar mencukupi kebutuhan harian. Masalah ini diperburuk lagi dengan terbatasnya fasilitas di sekolah. Buku- buku yang terbatas, akses internet yang lemah, dan sulitnya masyarakat memperoleh penghasilan membuat terbatasnya sumber belajar siswa. Alhasil minat belajar siswa di SMA Negeri 10 Raja Ampat tergolong rendah. Kurangnya motivasi belajar siswa menuntut guru untuk berinovasi membuat pembelajaran semenarik mungkin untuk menggugah kemauan siswa dalam belajar dan membuat siswa menikmati pengalaman belajar.
  1. Rencana Penyelesaian
Kehidupan yang sulit dengan tantangan besar ini memicu saya melakukan sesuatu yang berguna. Berharap dedikasi yang selama ini dilakukan terbayar dengan keberhasilan siswa-siswi SMA Negeri 10 Raja Ampat. Oleh karena itu saya selalu berusaha mencari jalan keluar, bagaimana meningkatkan ketertarikan siswa dalam belajar dan meningkatkan prestasinya meski dalam keterbatasan. Diantaranya dengan menggali berbagai literatur di internet mengenai pembelajaran yang menyenangkan. Banyak sumber baik di aplikasi Facebook, Instagram maupun Youtube yang memberikan inspirasi dalam belajar. Selain itu grup-grup komunitas guru di aplikasi Whatsapp juga cukup membantu dalam pengembangan kompetensi dan berbagi pengalaman. 

 Berbagai cara sudah saya coba, seperti penggunaaan Lembar Kerja Siswa (LKS), kerja kelompok, diskusi, penugasan dengan teka-teki silang, permainan, dan sebagainya. Beberapa cara ada yang efektif ada yang tidak. Dengan kondisi lingkungan yang kaya akan potensi alam, saya berinisiatif melakukan pembelajaran berbasis lingkungan. Karjiyadi (2012) mengatakan bahwa pembelajaran berbasis lingkungan mengarah pada pembelajaran yang memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajarnya.

  [1] Dari sumber portal  lain[2] disebutkan bahwa, kegiatan belajar mengajar tidak hanya bisa diselenggarakan di dalam kelas, melainkan juga di luar kelas. Kini guru semakin dituntut untuk bisa memberikan metode pembelajaran yang inovatif dan bermakna bagi peserta didik sehingga mereka tidak mengalami kejenuhan dalam belajar. Salah satu solusi untuk menghindari kejenuhan siswa tersebut adalah dengan menerapkan pembelajaran yang menyenangkan di luar kelas. Materi ajar tetap bisa disampaikan guru dengan mengubah suasana kelas dengan menggunakan metode belajar yang menyenangkan sehingga dapat mempengaruhi pencapaian keberhasilan dalam proses belajar mengajar. Berdasarkan rujukan tersebut, kali ini saya mencoba menggunakan media belajar dari alam untuk menunjang kegiatan belajar di luar kelas. Dalam hal ini saya mendapat dukungan dari kepala sekolah dan rekan-rekan guru untuk melibatkan siswa dalam praktek pembelajaran di luar kelas.

B. PEMBAHASAN
  1. Persiapan
Pembelajaran Matematika kelas XI SMA Negeri 10 Raja Ampat memuat materi Sistem Pertidaksamaan Linear Dua Variabe (SPtLDV)l. Untuk itu saya mencoba memanfaatkan potensi lingkungan di sekitar sekolah untuk membuat pembelajaran yang menyenangkan. Dalam persiapannya tentu saja ada peran serta siswa untuk menyediakan media yang diperlukan. Guru berperan dalam menyiapkan bahan ajar dan LKS. Media yang dipergunakan antara lain:
  1. Daun kelapa 2 tangkai
  2. Tongkat kayu/ batang kayu 2 buah
Persiapan dilakukan dengan mencari daun pohon kelapa dan batang kayu di lingkungan sekolah.
  1. Pelaksanaan
Pembelajaran dimulai dengan apersepsi di dalam kelas serta memberikan penjelasan awal pada siswa mengenai apa yang akan dilakukan pada kegiatan belajar kali ini. Kemudian siswa dibagikan lembar LKS. Setelah siswa cukup jelas dengan rencana kegiatan, semua siswa beserta guru keluar ruangan menuju halaman sekolah untuk melakukan aktivitas pembelajaran. Proses pembelajaran dilakukan dengan penjelasan serta praktek menggunakan LKS yang dibagi pada siswa. Guru memberi pengarahan seperlunya. Inti pembelajaran yaitu menggunakan tongkat kayu untuk membentuk garis dan daun kelapa untuk menunjukkan daerah yang diarsir sehingga dapat diketahui penggambaran suatu pertidaksamaan. Dari dua daerah yang diarsir tersebut dapat ditentukan daerah dengan dobel daun/ dobel arsir yang merupakan penyelesaian dari sistem pertidaksamaan tersebut. Dalam pelaksanaannya ternyata siswa sangat antusias dan pembelajaran terlaksana dengan baik. Siswa andil dalam praktek menentukan daerah penyelesaian SPtLDV kemudian menuliskan hasilnya dalam LKS yang telah dibagikan. Dalam melaksanakan kegiatan tersebut kami cukup terkendala oleh lokasi halaman sekolah yang panas. Kebetulan cuaca sangat cerah sehingga halaman sekolah terasa panas. Hal ini membuat siswa tampak kelelahan, tetapi mereka tetap berkeinginan dan bersemangat melanjutkan kegiatan hingga selesai.    
  1. Hasil
Setelah praktek di luar kelas selesai, siswa diberikan kesempatan mengerjakan soal latihan untuk diselesaikan dan hasilnya mayoritas siswa mampu mengerjakan dengan baik dan benar meski masih ada sedikit bimbingan untuk hal-hal yang sulit dimengerti. Setelah latihan dan bimbingan, sempat beberapa siswa diberi kesempatan mengerjakan soal secara mandiri di depan kelas dan berhasil menyelesaikan dengan baik. Di akhir pelajaran siswa memberikan kesan bahwa pembelajaran hari itu menyenangkan dan tidak membosankan. Selain itu, mereka merasa lebih mudah memahami materi dengan melakukan praktek langsung. Ketika ditanyakan mengenai cuaca panas di luar, mereka menjawab tidak masalah dan tetap merasa senang dengan pembelajaran tersebut. Mayoritas siswa mengungkapkan lebih mudah memahami materi ketika di luar ruangan, tetapi ada juga siswa yang baru memahami materi ketika dilakukan penjelasan lebih mendalam di dalam kelas. Secara umum, kegiatan berhasil dengan baik dan berdampak baik bagi siswa.      

CPENUTUP
  1. Kesimpulan
SMA Negeri 10 Raja Ampat merupakan salah satu sekolah yang terletak di daerah yang cukup tertinggal. Namun demikian, tidak menutup kemungkinan untuk membuat siswa-siswinya belajar dengan layak. Salah satu caranya dengan memanfaatkan potensi lingkungan sekitar. Berdasarkan kegiatan yang telah dilakukan yaitu pembelajaran berbasis lingkungan dengan pemanfaatan pohon kelapa, siswa tertarik dan senang mengikuti pembelajaran. Motivasi belajarnya meningkat dengan adanya pembelajaran di luar kelas. Pemahaman siswa juga bertambah seiring antusiasmenya dalam mengikuti pembelajaran. Dari kegiatan tersebut saya merasa keberhasilan diperoleh dengan dukungan siswa-siswi dalam pelajaran, serta peran kepala sekolah dan guru-guru yang mendukung kegiatan tersebut. Pembelajaran dengan memanfaatkan alam sekitar tentu berbiaya lebih murah dan media pembelajaran mudah didapat. Hal ini menjadikan pekerjaan rumah bagi guru untuk menggali lebih jauh potensi alam dan lingkungan yang dapat dimanfaatkan dalam proses pembelajaran. Untuk meningkatkan kualitas pembelajaran yang akan datang, perlu dipertimbangkan untuk mencari lokasi yang cukup teduh pada pembelajaran di luar ruangan, karena ketika matahari bersinar cerah, halaman sekolah sangat panas dan membuat siswa-siswi tampak lelah.   

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.

Instagram