Dahsyatnya Musim Angin Selatan

Annisa.My.ID -Setiap nelayan di kabupaten Raja Ampat pasti tahu bagaimana karakter lautan pada musim angin selatan. Pada masa ini, nelayan tidak akan banyak melaut. Mereka sadar betul betapa besarnya ombak di lautan dan sberapa besar bahaya  yang mungkin dihadapi ketika melaut pada musim ini.

Gambar awal perjalan di Musim Angin Selatan

Musim Angin Selatan memang berbeda dari musim angin, barat, timur atau utara. Pada musim ini angin bertiup lebih kencang dan ombak di laut sangat tinggi. Sangat beresiko bagi nelayan untuk mengarungi lautan ketika gelombang laut tinggi. Namun, bukan berarti aktivitas nelayan terhenti. Mereka telah memahami lautan selama bertahun-tahun, dari generasi ke generasi.

Ketika musim angin selatan telah datang, tidak setiap hari angin bertiup kencang dan ombak tinggi menghadang. Masih ada sela satu dua hari dimana laut kembali tenang dan nelayan dapat kembali beraktivitas  di laut. Bagaimanapun laut adalah ladang penghasilan mereka.

Musim angin selatan terjadi pada kisaran bulan juni sampai dengan Agustus. Tidak seperti dulu, dimana musim angin selatan selalu datang tepat waktu, sekarang musim bisa berubah tanpa ketepatan waktu. Namun, nelayan masih bisa memperkirakandatangnya musim angin selatan pada kisaran  bulan mei, juni, juli, agustus,  dan akan berakhir bulan september.

Raja Ampat sebagai kepulauan yang terkenal akan wisata bahari tentu sangat perlu memmperhatikan musim angin. Pernah pada suatu ketika saya bersama suami dan dua orang anak yang masih bayi mengarungi lautan ketempat tugas pada tanggal 29 agustus 2018. Pada saat itu kami memperkirakan musim angin selatan sudah mulai berakhir. Kami menyewa sebuah speedboat bersama keluarga teman kami. Beberapa hari sebelumnya kami sempat memantau lautan dari pantai sekitar waisai dan tampak ombak tidak terlalu besar, cenderung lebih tenang. Kamipun memutuskan untuk  berani berangkat ke tempat tugas, menyisir sisi selatan Pulau Waigeo menuju Kampung Urbinasopen.


Pada saat kami akan berangkat, kami melihat lautan sedikit berombak, tapi kami yakin akan aman karena kami menaiki speedboat dengan mesin 40 pk sehingga lebih cepat dari pada menggunakan longboat barangpun kami naikkan ke speedboat,  agak penuh memang, tapi masih muat untuk  kami duduk leluasa di dalam speedboat.

pukul 10.00 WIT speedboat berangkat, kami perkirakan dalam waktu 1,5 jam akan sampai di Urbinasopen, Dan ternyata di awal perjalanan ombak besar menghadang perjalanan kami. Namun, itu masih dapat teratasi dengan melaju pada kecepatan sedang dan masih stabil meski air laut terciprat ke wajah kami.

Kami tetap menikmati perjalanan, mengamankan hp dan tidak melihat jam lagi. kami fokus melindungi anak-anak kami dari cipratan air laut. Sesampai di depan teluk mayalibit sekitar 1/2 perjalanan tiba-tiba mesin speedboat mati. Ombak besar masih di sekitar kami berada. otomatis  speedboat yang kami tumpangi terombang-ambing di tengah laut. Bapak motoris sibuk memperbaki mesin, sambil memindah bensin dari jerigen yang tersambung dengan mesin.

Masya Allah, itu kali pertama saya mabuk laut, tak hanya saya. Suami dan anak-anak saya yang berumur 2 tahunpun juga mabuk laut.  Bagaimana tidak, sekitar 1 jam lebih kami terombang-ambing di laut dengan ombak besar dan bau bensin menusuk hidung.  Saya sendiri masih mencoba bertahan sebisa mungkin demi anak-anak kami. Anak pertama saya yang berumur 2 tahun pucat sekali, ia yang dari awal perjalanan tidur menjadi terbangun dan mual. Saya segera membuatkan susu dengan air hangat agar stamina membaik, tapi ternyata anak saya malah muntah. Kami betul-betul pasrah, entah apa yang akan terjadi pada kami. Kami betul-betul telah lelah dan lemas, seakan tak berdaya lagi.
Tiba-tiba bapak motoris memutuskan untuk singgah di perkampungan terdekat. Kami mendengar ada selang mesin yang terputus, dengan berjerih payah menyambung selang dan menahannya  dengan tangan agar tetap tersambung. Motoris perlahan-lahan menyalakan mesin dan menjalankannya menuju homestay di daerah Mumes. Alhamdulilah kami sampai di pantai depan homestay. Kami segera turun untuk memulihkan stamina.




Saya mengganti baju anak saya yang basah dan memesan teh hangat, saat itu saya pasrah, mau menginap juga oke, karena posisi badan sudah lemas. Berbeda dengan anak saya begitu turun dari speedboat, ia kembali segar dan berlarian di sekitar homestay. Kami beristirahat di teras homestay sambil menunggu keputusan motoris apakah bisa lanjut atau harus menginap. Anak sayapun, disuapi makanan, agar perutnya kembali berisi, akhirnya motoris memutuskan supaya kami lanjut  perjalanan menggunakan speedboat karena masalah sudah teratasi. Kami naik speedboat dengan kondisi badan yang telah pulih. Siap berlayar kembali.

Saat itu matahari telah lewat dari jam 12 siang, lautan juga sudah tidak berombak  besar seperti saat kami datang, ombak sudah berangsur tenang. Perjalanan hingga ke Urbinasopen lancar. Sempat ditengah perjalan kami melihat ikan lumba-lumba berlompatan di laut, seolah menghibur kami yang baru saja menghadapi kesulitan. Alhamdulilah kami tiba di Urbinasopen dengan Selamat pada pukul 15.00 WIT. Sungguh perjalanan panjang dan penuh rintangan. Ini adalah kenangan bagi kami, perjalanan laut yang berbeda dari biasanya.

1 komentar:

  1. Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.

    BalasHapus

Diberdayakan oleh Blogger.

Instagram