Seonggok Kompor Legendaris

Masyarakat di Jawa sana kebanyakan memasak menggunakan kompor gas. Bahkan pemerintah punya program terbaru yaitu pemberian bantuan kompor listrik untuk warga. Nah, uniknya kalau di sini yang dipake masih kompor minyak tanah. 



Jadi masyarakat di sini terutama di kampung banyak yg menggunakan kompor minyak tanah. Lebih banyak lagi yg pake kayu bakar. Setahu saya nggak ada yg pake kompor gas. Bahkan di kota saja, kios yang jualan tabung gas bisa diitung jari. 



Nah,kemarin ada sedikit pembicaraan tentang minyak tanah. Sekarang kalau mau beli minyak tanah susah. Pangkalan minyak tanah hanya ada di kota. Nggak setiap hari ada,kalo pas dateng aja baru ada stok dan pasti langsung diserbu warga. Terus, warga masyarakat nggak serta merta boleh beli minyak sepuasnya. Sekarang ada batasannya. Maksimal 20 liter per kk. Jadi misal mau beli minyak tanah tu harus bawa copian kk. Ntar dikumpulin pas proses pengisian minyak ke gen yang bersangkutan.




Misal kepepet ada sih yang jualan minyak tanah eceran,tapi ya mahal.. kalo di pangkalan harga Rp 5.500,-/ liter, kalo eceran di kota bisa sekitar Rp 8.000,-/ liter. Bayangkan kalo butuhnya di kampung,, kemarin ada yg cerita harganya mencapai Rp 17.000,-/liter. Ooh waawww.... 



Itulah mengapa di kampung banyak yg lebih memilih opsi kayu bakar sebagai solusi. Tapi ya itu, harus lebih "rekoso", banyak tenaga yg diperlukan nggak sekedar untuk belah kayu saja,tapi juga gosok belanga. 

Semoga pemerintah ada perhatian untuk "hal kecil" semacam ini. 


Lihat nusantara ini dari ujung ke ujung, bukan hanya tengahnya saja. 🙏🙏🙏

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.

Instagram