TAK ADA KATA ”GAGAL”

Kawan, pastinya pernah kan merasa gagal dalam melakukan suatu hal? Hmm... yang sering terjadi misalnya merasa gagal lulus ujian, gagal janjian, dan gagal2 yang lain yang bikin sedih, galau dan kecewa. Kira- kira mengapa bisa merasa gagal? Saya kira itu hanya sebuah persepsi.

Suatu hal yang kita sebut sebagai suatu kegagalan sebenarnya bukanlah kegagalan yang sebenarnya. Menurut pandangan saya itu hanyalah sebuah lubang dangkal yang menjerumuskan kita. Lubang yang bila kita melihatnya dengan perasaan negatif akan terlihat sangat besar dan menjengkelkan, tetapi bila dilihat dengan sisi positif maka hanya biasa saja. Sekedar lubang yang mengingatkan kita agar selalu hati- hati dan memperhatikan arah langkah kita. Lebih mudah mengatakannya sebagai sebuah peringatan.

Ehm, sepertinya cukup teoritis yah kata- kata saya. Supaya lebih mudah dicerna dan diresapi (tapi jangan ditinggal meres sapi yah..:P) saya akan ceritakan pengalaman saya. Pengalaman inilah yang menginspirasi pendapat saya. 

Pada hari Ahad, 6 Mei 2012 saya dan kedua teman saya sepakat akan masak- masak makanan ringan. “Sunday is kitchen day. Hari masak sedunia.” Begitu kusebut hari itu, supaya lebih bersemangat. Mencoba bereksperimen dengan menu baru yang kami anggap simpel. 

Beberapa bahan makanan dapat kami beli di warung, yang belum ada hanyalah singkong dan kelapa. Maklumlah di sini mayoritas masyarakatnya punya kebun sehingga tidak ada yang jual kelapa dan singkong karena semua orang sudah punya, kalau butuh tinggal petik. Nah, karena kami butuh dan kami tak punya kebun, hari Sabtu kami minta tolong pada anak- anak untuk membeli singkong dan kelapa dari kebun mereka. Merekapun sepakat. Kami pesan singkong pada Wahid dan kelapa pada Tahrim.

Pagi- pagi sekali Tahrim dengan Arman telah datang dan membawakan kelapa. Kami pesan 1, malah dibawakan 2. Satu kelapa muda dan satu kelapa pesanan, alhamdulillah..^^. Saat itu kami menunggu Wahid membawa singkong. Agak lama menunggu Wahid belum datang, kamipun meminta Tahrim dan Arman dibawakan lagi singkong, mungkin Wahid lupa. Ternyata cukup lama mereka tak kembali. Kamipun memesan pada anak di depan rumah, Feby. Kami membeli singkong padanya, tetapi malah dibawakan singkong dan pisang tanpa mau dibayar. Dan ternyata setelah itu Tahrim dan Wahid datang membawakan singkong. Jadilah singkong berlebih dan bisa disimpan. Xixixi senangnya.

Ehm, selanjutnya kami membuat 3 resep yang kami temukan. Singkong balado, getuk, dan putri ayu. Setelah sekian lama berkutat di dapur. Jreng jreng jreng... makanan telah jadi. Diantara ketiganya, tidak ada yang sesuai dengan yang diharapkan. Bayangkan hasil yang kami peroleh:

  • singkong balado yang mestinya kripiknya kres-kres ternyata mimpes alias mlempem. Namun, bumbunya pas sih jadi enak dimakan. Pas banget kalau dibuat lauk.
  • Getuk yang terlalu manis dan ketelanya tidak lembut digilas karena ketela dari jenis yang tidak sesuai. Jadilah makanan mirip- mirip growol, manis banget tapi tetep enak karena campuran bumbunya lengkap dan pas (hanya kebanyakan gula itu tadi)
  • Putri ayu yang berubah jadi putri malu. Fiuh... putri ayu yang mestinya mengembang, malu- malu mengembang hingga menjadi seperti jenang. Tapi rasanya pas dan enak dimakan.
Jika kami menganggap ketidakberhasilan itu sebagai sebuah kegagalan, pastilah kami sangat kecewa dan sedih. Namun, ada dua hal yang kami petik dari kejadian itu:
  •  pengalaman berharga. Teman saya bilang, “sante, ga papa. Nih pengalaman berharga.” Yup benar salah satu sisi positifnya adalah pengalaman yang berharga. Lain kali mesti dengan eksperimen yang lain. Ingatkah kawan dengan cerita James Watt menemukan bola lampu? Perlu 1001 percobaan untuk mencapai keberhasilan yang diinginkan. Semua hal yang dilakukan selama 1001 percobaan itu bukanlah dianggap sebagai kegagalan, akan tetapi adalah sebuah pengalaman, pengetahuan baru untuk modal yang lebih baik dari sebelumnya.
  • Keberhasilan dalam bentuk lain. Kesimpulan ini saya dapati dari hasil percobaan tadi. Makanan- makanan yang dihasilkan adalah tetap makanan dan bisa dimakan. So, apa yang salah? Memang tidak sesuai yang diharapkan tapi toh yang diperoleh adalah makanan baru dengan rasa baru. Hal ini adalah sebuah temuan. Wah, bisa dipatenkan malah. Hal ini dubuktikan dengan mempercobakan hasil makanan pada anak- anak tadi. Nyatanya mereka suka,, kecuali getuk yang terlalu manis karena orang sini tidak biasa manis2. Tidak seperti saya yang suka manis karena memang saya manis,.. xixixi
Kawan, coba kembali pikirkanlah kegagalan- kegagalan yang pernah dialami. Kemudian, coba lihat dari sudut pandang yang lain. Pasti kalian akan menemukan sisi positifnya. Dan sisi positif itulah yang saya sebut sebagai keberhasilan dalam bentuk lain.

Jika merasa gagal, jangan terlalu terpuruk pada kegagalan itu. Lihatlah ke atas, lihatkah jauh ke depan. Banyak hal menanti untuk dilakukan, banyak hal akan menyambut kita. Ingatlah bahwa Allah SWT tak hanya memberikan kita hati, tetapi juga akal pikiran. Jadi, jangan hanya mengandalkan perasaan saja. Sakit hati itu wajar, tetapi akal juga mesti dipake. Banyak hal yang masih bisa dilakukan kawan. Bangkitlah...^^

Tentunya semua yang terjadi tak lepas dari campur tanganNya. Saya selalu meyakini, pasti ada hikmah di setiap kejadian. Hal inilah yang menguatkan dan memberikan energi serta pikiran positif. Semangat kawan... jalan masih panjang untuk berbuat lebih.

Satu lagi. Orang yang gagal adalah orang yang merasa gagal....^^

1 komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.

Instagram