Catatan ini adalah tentang “BAKTI”, bukan nama orang loh ya.. ini adalah sebutan untuk kerja bakti atau gotong royong di wilayah Pora. Berikut catatam tentang bakti yang menurut saya cukup berkesan.
10-06-2012
Beberapa hari sebelumnya ada berita bahwa masjid kami di Pora akan mendapat bantuan sejumlah sak semen. Kemudian para tokoh mesjid beserta muslim lainnya bermusyawarah terkait bantuan tersebut. Alhasil, sak semen tersebut akan diuangkan ditambah dana sumbangan warga muslim untuk mengganti kubah masjid yang konon bocor.
Hari ahad dilangsungkanlah bakti di masjid kami. Bapak- bapak, ibu- ibu, pemuda pemudi, anak- anak semuanya turun tangan. Semua ikut serta membantu bakti di hari itu.
Pagi- pagi betul, bapak- bapak telah naik ke atap mesjid melepas- lepas seng di atap dan kubah- kubahan sederhana yang terbuat dari seng biasa. Lama kelamaan jamaah muslim makin banyak. Mulailah awal kerja kami di pagi itu. Kaum laki- laki berkutat dengan atap masjid, sementara kaum perempuan dan beberapa laki- laki serta anak- anak membabat rumput di depan masjid. Hitung- hitung latihan “ngarit” (siapa tahu sekembalinya di Jawa nanti mau ternak sapi, kerbau, atau kambing) hehehe...
Tak lama kemudian ibu- ibu dan remaja putri berkutat dengan dapur dan makanan (hal yang saya sukai, icip- icip....:-)). Yang menarik adalah, ada sumbang- sumbangan bahan pangan dari masyarakat yang cukup banyak ( jadi seneng). Namun, esensinya bukan itu tapi “RELA BERKORBAN” yang sangat terasa. Bayangpun, mayoritas masyarakat yang biasanya sering makan ubi dan jarang makan nasi, rela menyumbangkan berasnya untuk acara bakti hari itu. subhanallah.... keren bukan...?
Jika diperhatikan dengan seksama, masyarakat yang mengikuti bakti (terutama ibu- ibu) terlihat lengkap. Hanya beberapa saja yang memang tidak ikut membantu karena mungkin ada halangan. Namun, yang membuat saya begitu senang adalah terasanya rasa “KEBERSAMAAN”. Bayangkan, jika selama ini ada beberapa masalah yang cukup rumit untuk dijelaskan yang membuat jamaah pengajian dan yasin ibu- ibu tidak lengkap hari ini begitu pudar rasanya. Ibu- ibu yang biasanya anti mendatangi rumah si A atau si B, ataupun sebaliknya kali ini semuanya melebur menjadi satu. Tanpa sekat, semua bergabung mengikuti bakti, membantu memasak di dapur umum. Alhamdulillah yah... semoga menjadi awal yang baik.
Dapur umum tempat kami masak- masak (dan icip- icip tentunya) terletak di bawah pohon nangka, di tepi jalan sebrang mesjid. Sejuk rasanya. Kami memasak dengan kayu. Pada awalnya yang akan dimasak ada ikan tongkol, ikan asin, ikan teri, dan sayur nangka. Ada ketela dan pisang rebus juga. Menariknya adalah, ketika ada penjual ikan yang seorang muslim juga, yang kebetulan lewat dan menjajakan ikan,, begitu mengetahui sedang ada bakti membangn masjid, beliau langsung memberikan dan menyumbangkan ikan tongkolnya. Selain itu, ada pula penjual ikan tembang yang juga tergerak hatinya menyumbangkan sejumlah ikan pada kami. “TULUS IKHLAS”, itu adalah yang saya petik dari mereka. Luar biasa, mereka yang bekerja menjual ikan, yang hasil jualannya adalah untuk menyambung hidup, mereka rela menyumbang ikan dagangannya. Subhanallah, lagi- lagi keren..
Hal menarik lainnya adalah, pada hari ini saya kembali diberikan kesempatan makan es lilin. Huw, subhanallah enaknya... setelah sekian lama tidak makan es lilin. Alhamdulillah yah...:-)
Satu lagi. Salut dengan warga Flores ini. Muslimnya begitu menyatu. Saling bantu bahu membahu. Bahkan saya dengar kabar, saat ada warga kami yang sedang membeli kubah masjid di kota dan hal ini didengar oleh para muslim di kota. Mereka lantas menyumbangkan 40 sak semen. 20 sak telah dibawa ke dusun kami. Subhanallah.... luar biasa...:D
Mbak annisa penempatan di sekolah mana? saya di nangapanda...
BalasHapus:-D
saya di Pora,Wolojita...^^
BalasHapus