Kelimutu Berselimut Kabut

23-05-2012
Pagi ini cuaca mendung, sejak pukul 4 pagi hujan turun makin lama makin deras, tak lama kemudian gerimis, kemudian deras, dan gerimis lagi. Begitu sampai pukul 7 pagi.
Sejak pukul 6 pagi saya dan teman- teman telah siap di depan pintu rumah kami. Saya sendiri berharap mendung tergeser oleh angin yang bertiup di atas sana. Namun sepertinya harapan itu hanya tinggal harapan. Kami berdiri saja menanti- nanti anak- anak dan guru yang datang ke sekolah. Pagi ini kami akan piknik ke danau Kelimutu. Danau 3 warna yang terletak di Plau Flores, yang terkenal tetapi tak semua orang tau rupanya, meski danau 3 warna telah tercetak dalam berjuta lembar uang pecahan 5000 rupiah yang telah lawas.

Setelah sekian lama, semua siswa dan guru telah berkumpul. Dalam cuaca yang masih mendung itu kami berangkat menuju Danau Kelimutu pukul 08.00 WITA dari sekolah. Perjalanan kami tidak semulus yang kami bayangkan rupanya. Ada beberapa rintangan dalam perjalanan kami menuju Danau Kelimutu.
         3.    Tambal Ban
Di tengah perjalanan kami terpaksa berhenti sekitar 1 jam. Sebabnya, pak sopir ingin menambalkan ban serepnya. Yah, namanya juga ban serep dipakainya untuk berjaga- jaga jikalau ban kempes, bocor, dan semacamnya. Sayangnya, ban yang mestinya ditambal 1 kali mesti ditambal 2 kali karena masih juga bocor. Ckckck... 
     2.       Hujan
Dalam perjalanan menuju Danau Kelimutu, hujan mengguyur sebagian perjalanan. Padahal, tahukah kawan bahwa Trio Ale (kendaraan yang kami tumpangi) telah padat penumpang sampai beberapa orang naik di atas kendaraan. Yah terpaksa penumpang di bagian atas kendaraan harus basah kuyup meski telah menggunakan terpal untuk melindungi tubuhnya. Merekapun kedinginan, karena air plus angin yang menghempas. Saat hujan turun dapat dibayangkan bagaimana murungnya wajah anak- anak, juga kami. Tak terbayang bagaimana dapat menikmati piknik dengan cuaca yang kurang mendukung. Namun, begitu hujan reda dan terlihat bukit di depan tak berkabut, dapat dibayangkan pula. Anak- anak kembali ceria. Kontras sekali rasanya, mereka mulai bercerita tertawa, dan menyanyi- nyanyi. Senangnya....
        3.       Longsor
Di kawasan kecamatan Wolowaru  (kawasan yang kami lewati untuk sampa ke tujuan) ada kelongsoran. Maklumlah daerahnya tebing- tebing di tepi jalan. Sepertinya ada proyek perluasan jalan, sehingga tebing- tebing itu diruntuhkan. Namun, hal itu malah membuat macet dan jalan sempit. Perlu diadakan pembersihan jalan dan pengaturan jalan searah sehingga perjalanan kami sedikit terhambat. Fiuh...

4.                      4.    Kabut
Ketika perjalanan telah mendekati titik tujuannya, kabut turun dengan santainya. Lembut, dingin menusuk- nusuk. Namun ternyata anak- anak masih saja bernyanyi santai. Saat itu jarak pandang hanya beberapa meter saja. Kami semua optimis, nanti kabut akan terangkat kembali...^^

Pukul 11 WITA kami telah sampai di tempat tujuan. Kawasan taman nasional Danau Kelimutu. Di sana kabut turun tebal sekali, suhu udara sangat dingin, dan ditambah hujan rintik- rintik. Udara yang keluar dari mulut dan hidung kami seperti asap rokok. Mengepul ngepul saking dinginnya. Mantap banget dinginnya, rasanya sampai ke tulang. Pas sekali rasanya jika dihidangi sepiring gorengan dan secangkir jahe anget. Hemm... tapi cukup bisa membayangkan saja karena di sana tidak ada penjual gorengan. Kami berteduh di warung- warung sambil anak- anak yang basah kuyup menghangatkan diri di atas tungku- tungku para pedagang.

Tak berapa lama kemudian kami berangkat menuju ke puncak. Jalannya lumayan bagus dan tidak terlalu jauh. Sesampainya di atas, kabut tebal masih menyelimuti danau, kami tetap saja berfoto- foto ria. Menganggap di sana tidak ada kabut. Hehe...

Namun tak  berapa lama kemudian, danau mulai menampakkan warnanya. Warna hijau di kedua danau. Hijau yang agak berbeda sedikit. Seharusnya warna asli danau itu adalah merah dan hijau. Namun mungkin karena efek perubahan cuaca atau mungkin kadar mineral di dalamnya, jadi danaunya hampir sama warnanya. Jarak antara dua danau itu juga dekat sekali. Konon dulu jarak antara dua danau itu bisa dilewati. Sekarang kawasan itu sudah dipagar, jarak dua danau makin mendekat kemungkinan karena kikisan pada dinding danau.

Danau yang ketiga berwarna hitam dan letaknya agak jauh dari kedua danau yang lain. Namun kami tak dapat melihatnya karena kabut semakin tebal. Ketika kami sampai di tugu tempat strategis untuk melihat ketiga danau, kabut tebal sekali hingga kami serasa berada di atas awan. Danau tak tampak yang ada hanya warna putih kabut.
Akhirnya kami memutuskan turun setelah sekian lama kabut tak mau berpindah. Rintik hujan juga mulai turun. Saat kami turun terlihat beberapa monyet melambaikan salam perpisahan. (Xixixi... maksudnya mau minta makan sepertinya)

Di pelataran parkir kembali kami duduk di warung dan makan bersama hingga waktu mengharuskan kami untuk segera pulang.
Ternyata perjalanan pulang juga penuh tantangan. Di persimpangan jalan, seseorang berkata bahwa jalan di depan runtuh. Mungkin yang dimaksud adalah jalan di tempat pelebaran jalan. Mungkin tebingnya sedang diruntuhkan, atau apalah kami juga tidak mengerti. Akhirnya pak sopir mengambil jalan pintas untuk kembali ke Pora. Jalan yang sudah lama tak dilintasinya karena kondisi jalan yang rusak berat. Jalan itu juga menjadi jalan kenangan kami, karena kami pertama datang ke Pora melewati jalan itu. Bismillah... kamipun melewati jalan pintas.

Menakjubkan, lubangnya dalam dan luas sekali. Di tengah jalan terpaksa kami turun kendaraan, berjalan sekitar 200 meter demi keselamatan kami dan sementara kendaraan berjalan lambat- lambat. Jalan yang dilalui super keren. Lebih parah dari saat pertama kami melewatinya. Mantap sekali perjalanan kami kali ini.
Akhirnya sore ini kami telah kembali dan sudah makan POP MIE yang kami beli di warung Kelimutu. Maklumlah, di sana tadi tidak ada penjual cinderamata. Ada sih sarung dan selendang tenun, tapi lumayan mahal. Selendang kecil 50000 rupiah, selendang besar dan sarung laki- laki 150000 rupiah, sementara sarung perempuan 250000 rupiah.
Setidaknya, kami telah melihat danau Kelimutu yang berkabut. Biasanya orng melihat danau pada saat cerah, dan hebatnya kami melihat saat kabut turun, hebat bukan??
Kami hanya ingat kata- kata Bapak Kepala sekolah, “HADAPILAH DENGAN SENYUMAN”
Dan kamipun tersenyum selalu...^^

1 komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.

Instagram