Perjalanan ke Pora, Wolojita


Kemarin saya ke Pora, melihat sekolah n keadaan yang disana, sebelum saya menetap selama setahun disana.  Sekedar informasi,, jauhnya desa Pora dari kota yah mungkin 60-70 km. Dan tau tidak,, ternyata eh ternyata. Dalam satu hari, kabarnya hanya ada beberapa angkutan yang ke sana dan hanya sekali perjalnan. Jadi pagi2 buta, skitar jam 4 sampe jam 5an, dari pora menuju ke Ende, dan dari Ende menuju Pora skitar jam 9 sampe 11an, lama perjalanan 3 jam, dan rata2 kendaraan angkutan umum selalu penuh,, baik manusia maupun barang2. Jadi yah.. bayangkan saja penuhnya kaya apa. Dan kalo dari pora ke ende, harus siap2 sholat subuhnya di kendaraan. Hehehe...
Kalau kondisi jalan, dari Ende ke Pora, jalannya beraspal, tapi ga semua baik. Ga tau sampe mungkin 2/3 perjalanan itu jalannya aspal halus, nah yang 1/3nya jalan aspal sih.. tapi dah rusak, sempit pula. Kalo sepanjang perjalanan pemandangannya luar biasa.. bagus banget. Bukit2 berbaris, ada sawah2 di beberapa bagian, ada tebing2 curam, ada air terjun di tebing, sungai meliuk2 indah.. subhanallah pokoke keren banget. Sayangnya ga ad kesempatan berhenti buat foto2,hehe.. jadi yah ambil fotonya cm dr dalam kndaraan. Kurang bagus yang takuplod. Jalanan meliuk-liuk, mengitari bukit, di tepi tebing, asik banget perjalanan, dan makin asik dengan goyang-goyang melewati jalan rusak yang cukup jauh. Hehe..  tau tidak, seperti halnya setiap angkot di kota slalu full musik,, disana juga. Sepanjang jalan 3 jam itu ada saja musiknya, kadang keras kadang agak rendah volumenya, kadang slow, kadang jedug2 bikin deg2ser.. wahaha.. sensasinya...  eh, di tengah jalan ada percabangan menuju danau Kelimutu juga. Jd mungkin kapan2 bisa coba main ke sana..
Saya denger sebelumnya, sekolah saya di deket jalan, jadi akses mudah. Yah, jd pikiran saya dah enak banget. Sekolah di pinggir jalan, jalannya lebar dan halus. Hihi.. ternyata sekolah itu memang di pinggir jalan, tapi jalannya yah bukan jalan raya. Eh, mungkin disana disebutnya jalan raya karena jalan utama. Tapi menurut saya jd lebih cocok disebut jalan desa. Memang di desa sih, yang kondisinya mirip2 sama gunung kidul. Lagipula kendaraan umum yang lewat hanya mungkin ada 5 saja. Dan smuanya sekali lewat sehari. Trus.. selebihnya ojek.
Setelah 3 jam perjalanan, sampailah di desa Pora. Desanya kecil, hanya ada 3 dusun. Sy pas dapat dusun Pora, yang 2nya ada Nggela dan Waga (klo ga salah). Di sana ngetren tenun khas Flores. Penghasil yang banyak dan produktif, dan juga sering jadi tujuan wisata para wisatawan yang mau cari kain tenun khas Flores. Di desa ini letak sekolahnya. Smp swasta pancasila pora. Letak skolahnya dekat masjid. Sepertinya tempatnya bersih dan tidak terlalu luas. Muridnya juga tidak terlalu banyak. Semoga dimudahkan dalam tgas di sini.
Di Pora, tempatnya lumayan tidak terlalu tinggi tidak terlalu rendah, dan tidak terlalu jauh dari pantai. Di sana adatnya masih kental. Waktu sy dan teman2 datang, pas ada upacara adat mosalaki (pergantian kepala suku adat). Di luar itu, upacara2 adat masih sering dilakukan, tapi apa saja masih blm tau. Masih banyak waktu untuk mempelajarinya. Di sana, listrik, air, jaringan sinyal sudah ada. Rasanya sudah sangat mendukung tempatnya. Masyarakat juga ramah. Muslimnya ada, sedikit. Orang Jawa juga ada, sedikit. Yah.. setidaknya ada masjid. Dan yang pasti banyak anjing dan banyak yang pelihara babi.he...
Klo mau belanja, pasarnya seminggu sekali, setiap hari Jumat di Nggela. Skitar 1-2km turun. Kalau dari Nggela, jalan skitar 1-2km sudah sampai pantai. Pantainya bukan tempat wisata, maksudnya blm ada yang mengelola. Tapi sering untuk main2. Tpi juga katanya ombaknya besar, jadi harus hati2..
Begitu sementara kesan pertama di Pora...:D

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.

Instagram