Kisah 4 Pencuri


Ada sebuah cerita. Sekelompok pencuri datang ke sebuah kampung. Sebutlah kampung A. Mereka berempat berniat mencuri mesin perahu. Setelah berhasil mendapatkan 2 buah mesin di kampung tersebut, mereka pun melarikan diri dan berhasil menjauh dengan aman. 

Sekelompok pencuri tersebut singgah di kampung lain, yaitu kampung B. Mereka berencana menambah barang curian. Masih jenis yang sama yang dicari, mesin perahu. 

Pada malam hari mereka mulai melancarkan aksinya. Mereka datang dengan perahu dan barang curiannya ke kampung B. Mereka turun, meninggalkan barang- barangnya di perahu, kemudian berjalan ke kampung dan singgah ke sebuah kios di kampung tersebut. 

Salah satu pencuri berniat membeli rokok. Si empunya kios pun bertanya basa basi seperti biasa. "Dari mana mau kemana pak?" Kemudian dijawab oleh pencuri, "dari kampung di utara sana, ini mau ke kota."

Pemilik kios pun menyarankan agar berangkat ke kota pagi saja, karena saat itu sudah malam dan kebetulan air laut sedang surut juga. Namun, si pencuri menolak. Ia bersikukuh akan berangkat ke kota pada malam itu juga. 

Tak lama kemudian ada telepon masuk ke salah satu warga kampung, melapor bahwa di kampung A baru saja ada pencurian mesin perahu. Tak lama kabar tesebut sampai kepada pemilik kios dan warga kampung B. 

Warga kampung yang berada di pantai berusaha menahan para pendatang (sekelompok pencuri) untuk bertahan di kampung B dan berangkat ke kota esok hari. Namun mereka menolak dengan keras. Hingga akhirnya sebilah parang mereka keluarkan. Warga kampung semakin yakin mereka bukan orang baik. Sekelompok pencuri takut akan kedatangan warga yang pastinya akan lebih banyak. Mereka memutuskan untuk pergi. 

Apalah daya, saat itu air laut surut. Perahu kandas, sang motoris (pengemudi perahu) pencuri langsung tertangkap. Tiga lainnya berenang ke laut, menjauh dari pantai. 

Ternyata, arah mereka berbeda. Satu orang menuju pulau seberang, dua orang berenang sepanjang pinggir pulau. 

Malam itu pula warga kampung berkumpul. Di pimpin oleh babinsa, mereka berpatroli di seluruh kampung hingga ujung kampung. Sepanjang malam mereka berpatroli. Hingga pagi menjelang, di sebuah tanjung di ujung kampung mereka menemukan seorang pencuri. Pencuri tersebut tampak kelelahan, tidur di atas pohon. Sontak dia dikepung dan mendapat amukan warga. Sampai saat itu, dua orang pencuri tertangkap dan diserahkan polisi. 

Satu pencuri lagi berhasil tertangkap beberapa hari kemudian di kampung sebelah lagi. Sebutlah kampung C. Dia berenang dengan bantuan gabus, menyeberang teluk dan berjalan hingga kampung C. Padahal... Itu kampung jaraknya lumayan jauh loh. Naik perahu melalui pinggir pulau saja membutuhkan sekitar 1 jam perjalanan dengan mesin 15 pk kecepatan normal. Namun, pada akhirnya si pencuri tertangkap juga oleh warga kampung tersebut. 

Nah yang paling mengenaskan adalah nasib seorang pencuri terakhir. Dia berenang hingga pulau seberang. Warga kampung B dan babinsa mengejar hingga ke sana. Pulau itu tidak terlalu besar, di tengahnya hutan lebat dengan sebuah telaga. Namun, pulau itu bisa dikatakan cukup besar sebagai tempat untuk bersembunyi. Di sana orang bilang banyak kutu maleo, sejenis hewan yang gigitannya membuat nyeri, bengkak, gatal, ah pokoknya orang malas masuk hutan karena si kutu itu. Apalagi, kalau sudah mandi air laut/air garam, si kutu itu akan makin senang mendekat. 

Nah, warga kampung dan babinsa pada akhirnya tidak masuk ke hutan pulau tersebut. Ditinggalkannya si pencuri di sana. Beberapa hari kemudian terdengar kabar dari kampung. Ada warga kampung yang ke pulau itu membawakan makanan karena kasihan, masih ada rasa kemanusiaan pada si pencuri. Dilihatnya sekilas si pencuri tampak kurus, makanan yang dibawakan pun ketika diperiksa hari berikutnya masih utuh. Si pencuri tampak ketakutan. Ia selalu lari bersembunyi masuk ke hutan setiap melihat ada orang datang. Entah akan sampai kapan ia akan bertahan di sana. 

Kisah ini diceritakan dari mulut ke mulut, dari warga kampung. Saya mengalami saat-saat babinsa dan warga kampung berpatroli. Itu adalah malam yang mencekam karena ada kemungkinan si pencuri masih memegang parang dan akan menuju entah ke rumah yang mana (bisa jadi kan). Selebihnya saya mendengar berita terbaru dari anak- anak dan tetangga. 

Saya jadi ingat sebuah film, tentang sebuah pesawat jatuh dan seseorang terdampar di sebuah pulau tak berpenghuni. Kisah itu seperti khayal sekali, tapi kini terasa.. Sepertinya masuk akal juga.. 

*kisah ini ditulis di atas perahu


Dan terjawab sudah.. Nasib pencuri ke empat. Ia tinggal di pulau tak berpenghuni selama sebulan lebih.. Pada akhirnya ada orang Buton yg menjemputnya dan ia pun mau keluar dari pulau tersebut. Tentunya dg kondisi badan kurus dan rambut "besar" Kalau kata orang sini. Maksudnya rambut gondrong begitu.. 

Kesimpulan nya.. Jangan mencuri, di dunia aja bisa sesusah itu.. Gimana di akhirat kan.. Wallahu'alam..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.