Anak- Anak Pora


Akan sangat menyenangkan jika orang tua mempunyai anak- anak yang menurut dan patuh. Berbagai cara ditempuh, dari cara lembut atau bahkan kasar untuk mendidik anak- anak. Dan di sini saya temukan perbedaan pola didik anak di Pora dan di Jawa.
Di Jawa biasa orang tua sayang pada anaknya (Eh, di smua tempat sama saja ding). Nah, biasanya anak2 Jawa itu manja2. Lihat saja, kalau mereka punya mau dan jika orang tua tidak menuruti mau mereka, mereka akan marah, ngambek, tidak mau makan, blajar, dan sebagainya. Orang tua akhirnya pasrah dan menuruti keinginan anaknya. Ada pula orang tua yang cukup tegas dan kelihatan marah di depan anaknya untuk membuat mereka jera dan tidak manja, tapi itupun tidak bertahan lama, biasanya hanya beberapa saat mereka akan kembali baik pada anaknya (ya iyalah, namanya juga orang tua). Akan tetapi, orang tua di Jawa pada umumnya berhati lembut, bersikap lembut dan tidak keras. Mereka memberikan berusaha sebisa mungkin memberikan pengertian secara perlahan dan sabar pada anak- anaknya. Berharap anak- anak mengerti dan memahami kondisi orang tua. Sebagian anak paham, tapi sebagian lagi berontak dan manja. Yah, namanya juga anak2. Yang saya tahu, jarang sekali anak2 di Jawa yang selalu patuh pada orang tua, kebanyakan kalau disuruh mereka bilang “sebentar”, “ya, tanggung nih pak”, “itu, adek/kakak saja, saya lagi....”, dsb. (saya sendiri sering gitu sih..:p). Nah, memang si anak menjadi pribadi lembut, tetapi pintar mengelak dengan lembut pula. Ckck....
Kebiasaan di Pora berbeda. Anak2 Pora terbiasa dengan kekerasan. Tak jarang dijumpai orang tua memukul anaknya, itu usaha mereka untuk membuat anaknya patuh, (dan kebal mungkin...:p). Anak- anak disini sering bilang, “saya sering dipukul mama saya, kalau mama saya suruh tuh harus segera jalan. Kalau mama sudah pegang kayu, kami harus siap2 lari karena itu tandanya mama mau pukul”, ada juga yang bilang “saya pernah dipukul pakai parang tuh, sampai tangan saya luka berdarah”, ada lagi contoh anak tetangga saya yang malam2 di luar rumah, dia tidak berani masuk karena takut dipukul mamanya, habisnya dia pagi2 jalan ke pantai tanpa pamit. Cara keras, itulah praktek yang dilakukan di sini untuk mendidik anak, tak jarang anak- anak menangis kesakitan. Tapi jangan salah, setiap orang tua pasti sayang pada anaknya. Anak- anak sadar mereka dipukul kalau mereka punya salah. Guru- guru di sekolah kan juga sering mukul, tanggapannya anak2, “pak guru/ ibi guru itu tuh keras skali, dia sering pukul kami, tapi dia sebenarnya baik”. Nah, itu dia, anak- anak sadar mereka dipukul karena kesalahan mereka. Tapi yah yang namanya anak- anak, tau salah tetap saja diulang2. Mereka juga suka main pukul sama teman, itu sudah menjadi hal yng lumrah, meski kalau orang Jawa (seperti saya) yang baru melihat mereka bercandaan dengan saling pukul, hadh Cuma bisa ngelus dada, atau sambil teriak2 “ sudah2, jngan pukul2 toh, kasian itu lho...” dan mereka tetap pukul2an. Fiuh...
Di lain pihak, ada efek baiknya. Anak2 di Pora, kuat, kebal, karena sering dipukul itu tuh, jadi kuat fisiknya. Trus juga mereka takut sama orang tua. Pernah ada seorang anak main di rumah kami. Pas ibunya panggil dari rumah, dia pulang buru- buru dengan wajah ketakutan. Pokoknya harus segera sampai rumah. Coba anak Jawa, pasti bilang “ iya ma.. sebentar..” (hehe, itu bedanya). Trus anak di sini juga rajin bantu orang tua, tak jarang anak- anak memasak, mencuci piring dan mencuci baju, itu karena orang tua sering ke kebun jadi mereka harus masak di rumah. Atau, mereka juga sering pergi ke kebun, entah mencari kayu atau hasil kebun seperti ketela, jagung atau apa lah. Ada seorang anak yang bilang “kami harus pergi kebun, kalau tidak, kami tidak dikasih makan”. Coba, bahkan anak kecil pun harus bawa kayu berat. Kaum perempuan dan anak- anak biasa bawa barang bawaan di kepala, klo laki- laki dengan pundaknya dengan dipikul. Saya pernah coba bawa kayu yang baru anak- anak bawa dari kebun, aduh.. kepala saya pusing, bener deh. Yah tapi mereka begitu menikmatinya, kebiasaan mereka, kepatuhan mereka pada orang tua. Salut saya, karena bahkan anak smp laki2 yang mukanya sangat garangpun kata temannya, dia di rumah sering memasak dan mencuci piring. Coba preman jawa, mana pernah?
Sebuah pembelajaran, silahkan timbang2 baik buruknya. Semua pola didik pasti ada sisi positif dan negatifnya. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.

Instagram